PERSPEKTIF

Gambar
  WORD FALLACY #1 (Universitas Anta Brantah)   Oleh : AM.Muslihin (Penulis Receh dari negeri Anta Brantah)   Zaman memang sudah tua. Waktu terus bergulir, membawa umat manusia dari situasi yang satu ke situasi yang lain. Berbagai dinamika terus saja berentetan bag roda yang tak pernah berhenti berputar. Ada yang baik pula ada juga yang kurang menyenangkan. Itulah hukum semesta. Hari ini, umat manusia tengah diperhadapkan pada kemajuan yang begitu pesat diberbagai lini kehidupan. Hampir semua sektor mengalami perkembangan. Kemajuan tekhnologi ibarat kilat yang menyambar, sangat cepat. Bertatap muka tanpa bertemu, memesan makanan tanpa meninggalkan tempat tidur dan masih banyak lagi hal menakjubkan lainnya di era ini. Akan tetapi disaat yang sama sepertinya umat manusia perlu melihat kembali bahwa dunia hari barangkali sedang menghadapi satu fase yang begitu sulit. Pandemi yang melanda tak juga surut, bahkan malah terus bertambah dibuktikan dengan munculnya berb...

SURAT

 

Sebuah Cahaya

 


Hari-hari yang barangkali kita lewati sejauh ini telah mengukir banyak hal dalam hidup, air mata yang tertumpah, senyum tawa yang tercurah, rasa lelah yang tak pernah berhenti mengejar. Semua hal itu seringkali membuat kita membenci menjadi dewasa dan kadang-kadang membenci diri sendiri. Hal-hal itu seringkali membawa ingatan kita untuk kembali ke masa kanak-kanak yang asyik bermain tanpa ada patahan-patahan yang tumbuh di dalam jiwa manusia-manusia dewasa.

Bukankah kita mesti melawati semua hal itu dengan terus berjalan, demi menggapai cita-cita, impian-impian yang selalu tertanam di dalam kepala kita ketika hendak terlelap dalam tidur yang lelap. Kini kita berada di sebuah perjalanan melewati hamparan sabana yang luas, melawati terpaan badai, dihempas angin laut, dipukul ombak hingga terdampar jauh di sebuah tempat sunyi bernama diri sendiri.

Tetapi, untuk menjadi manusia seutuhnya kita tentu saja mesti melewati semua badai yang datang menghempas hingga pada akhirnya dapat menemukan cahaya di tengah gelap dan kelam hidup.

Saya tahu hari-hari yang gelap itu tidak begitu mudah dilewati. Untuk mencapai puncak bukit kau mesti melawati banyak jalan, melewati lembah, menyebrangi anak-anak sungai yang airnya begitu jernih, ketika kau sampai di puncak kau melihat, perjuangan hidup; air mata yang tertumpah, rasa lelah yang begitu dalam, ia seperti matahari pagi yang kau lihat dari puncak bukit, ia menjelma senyum tawamu yang dulu menyembunyikan kesedihan yang begitu dalam di dalam dirimu.

Dan ketika petang tiba, kau memandangi langit luas tanpa bintang, kau memandangnya begitu lama, kau melihat cahaya di dalam diri, kau masih terus tetap tumbuh dan menjalani semua hari-hari yang berat. Kau adalah sebuah cahaya yang menerangi malam-malam gelap.

Kau api yang terus menyala di tengah cuaca yang dingin, kau lampu-lampu kota yang terus menerangi, meski jalanan begitu lengang, kau adalah cahaya untuk semua kebahagian yang pernah dan kelak akan kau temui di dalam diri seorang yang begitu tulus mendekapmu dalam kehangatan kasih dan sayang. Untuk semua yang sedang mengalami fase-fase ini, teruslah tumbuh dan bermakna, jadilah sebuah cahaya di malam-malam gelap. Dekap hangat!

 

 

 


 

Penulis : 

Arif Hukmi seorang lelaki yang tumbuh dan besar di Bombana, Sulawesi Tenggara. Menulis puisi, cerpen dan kadang-kadang tentang kisah-kisah yang begitu dekat dengan diri. Seorang lelaki alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Makassar. Saat ini sedang melanjutkan studi S2 di Universitas Negeri Makassar.

Tulisan ini merupakan salah satu tulisan yang terpilih dan pernah diterbitkan di Menjadi manusia.Id.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SURAT

PERSPEKTIF

PERSPEKTIF