SURAT
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Sebuah
Cahaya
Hari-hari
yang barangkali kita lewati sejauh ini telah mengukir banyak hal dalam hidup, air
mata yang tertumpah, senyum tawa yang tercurah, rasa lelah yang tak pernah
berhenti mengejar. Semua hal itu seringkali membuat kita membenci menjadi
dewasa dan kadang-kadang membenci diri sendiri. Hal-hal itu seringkali membawa
ingatan kita untuk kembali ke masa kanak-kanak yang asyik bermain tanpa ada
patahan-patahan yang tumbuh di dalam jiwa manusia-manusia dewasa.
Bukankah
kita mesti melawati semua hal itu dengan terus berjalan, demi menggapai
cita-cita, impian-impian yang selalu tertanam di dalam kepala kita ketika
hendak terlelap dalam tidur yang lelap. Kini kita berada di sebuah perjalanan
melewati hamparan sabana yang luas, melawati terpaan badai, dihempas angin laut,
dipukul ombak hingga terdampar jauh di sebuah tempat sunyi bernama diri
sendiri.
Tetapi,
untuk menjadi manusia seutuhnya kita tentu saja mesti melewati semua badai yang
datang menghempas hingga pada akhirnya dapat menemukan cahaya di tengah gelap
dan kelam hidup.
Saya
tahu hari-hari yang gelap itu tidak begitu mudah dilewati. Untuk mencapai
puncak bukit kau mesti melawati banyak jalan, melewati lembah, menyebrangi
anak-anak sungai yang airnya begitu jernih, ketika kau sampai di puncak kau
melihat, perjuangan hidup; air mata yang tertumpah, rasa lelah yang begitu
dalam, ia seperti matahari pagi yang kau lihat dari puncak bukit, ia menjelma
senyum tawamu yang dulu menyembunyikan kesedihan yang begitu dalam di dalam
dirimu.
Dan ketika
petang tiba, kau memandangi langit luas tanpa bintang, kau memandangnya begitu
lama, kau melihat cahaya di dalam diri, kau masih terus tetap tumbuh dan
menjalani semua hari-hari yang berat. Kau adalah sebuah cahaya yang menerangi
malam-malam gelap.
Kau
api yang terus menyala di tengah cuaca yang dingin, kau lampu-lampu kota yang
terus menerangi, meski jalanan begitu lengang, kau adalah cahaya untuk semua
kebahagian yang pernah dan kelak akan kau temui di dalam diri seorang yang
begitu tulus mendekapmu dalam kehangatan kasih dan sayang. Untuk semua yang
sedang mengalami fase-fase ini, teruslah tumbuh dan bermakna, jadilah sebuah
cahaya di malam-malam gelap. Dekap hangat!
Penulis :
Arif
Hukmi seorang lelaki yang tumbuh dan besar di Bombana, Sulawesi Tenggara.
Menulis puisi, cerpen dan kadang-kadang tentang kisah-kisah yang begitu dekat
dengan diri. Seorang lelaki alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Islam Makassar. Saat ini sedang melanjutkan studi S2 di Universitas
Negeri Makassar.
Tulisan ini merupakan salah satu tulisan yang terpilih dan pernah diterbitkan di Menjadi manusia.Id.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar